Babus Salam Tangerang
Babus Salam I:
Jl Merdeka Gg
Pesantren 1 No 47 Pabuaran Sibang, Karawaci, Kota Tangerang.
Babus Salam II:
Kp. Rajeg
Kosambi RT 01/02 Rajeg, Kab. Tangerang
Visi
Melahirkan pribadi pribadi muslim yang
memiliki kualitas iman, ilmu dana mal dengan wawasan keindonesiaan
Misi
Menyelenggarakan
pendidikan berbasis pesantren dan pendidikan nasional
Sejarah
Masa KH Arsyad
dan KH Arsyudin (Masa Peletakan Cikal Bakal)
Yayasan Pondok
Pesantren Babus Salam adalah salah satu Lembaga Pendidikan Islam yang bertujuan
untuk membentuk pribadi muslim yang bertaqwa dengan kualitas Iman, Ilmu dan
Amal serta memenuhi harapan Agama, Nusa dan Bangsa. Jauh sebelum tahun
kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.
Cikal bakal
pendirian oleh KH. Arsyad bin H. Jimun yang meninggal dunia pada tahun 1946,
yang merupakan kakek buyut dari Hj. Yayah Fauziah, istri pimpinan pondok
pesantren babus salam sekarang, tanah tempat tinggal beliau kemudian dibangun
masjid dan madrasah diniah, lalu nama beliau diabadikan menjadi nama masjid dan
madrasah tersebut, yaitu Al-Arsyad.
Mulanya beliau
memberikan pengajaran agama bagi pemuda dan warga sekitar di lingkungan tempat
tinggalnya, yaitu pabuaran sibang. tempat beliau mengajar adalah di masjid dan
di rumahnya, beliau juga menyediakan kobong bagi murid muridnya yang dating
dari luar daerah sehingga jika tak sempat pulang mereka bisa mukim disana.
Namun usaha beliau tidak berjalan mudah karena pada masa itu Indonesia masih
dalam masa penjajahan.
Berbagai
aktifitas dan kegiatan selalu berada dibawah tekanan pihak penjajah,
sampai-sampai ibadah pun adakalanya mendapat tekanan. Pendidikan Islam ini pun
mengalami gangguan besar karena tekanan-tekanan dari sana-sini yang akhirnya
Kyai Arsyad terpaksa menghentikan sementara
KH. Ahmad Rifa'i (Alm)
Cikal bakal
pendidikan yang telah diletakkan oleh KH. Arsyad ini pun oleh anaknya yang
tertua yang saat itu baru pulang dari menimba ilmu di Cirebon, Cianjur dan
Bogor. pada masa ini pendidikan mulai berkembang dengan bertambahnya santri
bahkan dari luar daerah dan sudah memenuhi unsur sebagai pesantren, yaitu Kyai,
Santri, asrama, dan tempat belajar bersama. Yang kemudian pesantren ini disebut
pesantren Pabuaran. namun sayangnya hal
itu tidak dibarengi dengan membaiknya suasana, yang saat itu masih dibawah
penjajahan belanda. saat itu KH Arsyudin menjabat sebagai komandan laskar
perlawanan Tangerang, alhasil beliau menjadi orang yang sangat dicari pihak
penjajah saat itu dan puncaknya adalah ketika tentara belanda membakar rumah,
asrama, dan kitab kitab beliau ketika beliau sedang mengungsi. Pasca peristiwa pembakaran
tersebut, pesantren pabuaran tidak dihidupkan dan dibangun kembali, beliau
kemudian membangun rumah kurang lebih 150 m dari tempat tinggal beliau yang sebelumnya,
dan tempat inilah yang hingga kini menjadi lokasi berdirinya pondok pesantren
babus salam. KH. Arsyudin hingga akhir hayatnya tetap mengabdi pada agama dan Masyarakat
sekitar dengan terus mengajarkan ilmu agama dan secara rutin memberikan
pengajian di musholla musholla hingga kemudian tutup usia pada tahun 1978.
Sebelum wafat, pada
tahun 1961 KH Arsyudin mewakafkan tanah beliau seluas kurang lebih 970 M2
kepada menantunya, KH Ahmad Rifa’i untuk dijadikan sebuah pesantren. Kyai memulai
semuanya dari awal lagi dengan membangun musholla yang terbuat dari bilik
sebaai tempat ibadah dan pengajian, serta dibangun pula beberapa asrama bilik
yang lebih sering disebut kalangan santri sebagai bale rombeng.
Tahun 1961
menjadi tahun pertama pendirian pesantren ini, murid pertama beliau bernama H.
Said yang telah berkeluarga dan juga telah memiliki Yayasan pendidikan sendiri.
Dan terus berkembang dan berdatangan santri santri dari berbagai daerah. Hingga
kemudian pada tahun 1975, mushollah pesantren yang sebelumnya terbuat dari
bilik bambu, direnovasi total menjadi bangunan permanen. hingga tahun 1980
jumlah santri mencapai 30 orang, jumlah yang cukup banyak, sehinga pada saat
itu pesantren ini sudah memiliki lurah pondok. Pada masa itu, pesantren ini
dikenal luas di pabuara dengan beragam ilmu alatnya seperti ilmu nahwu, ilmu
shorof dan ilmu mantiq.
Tahun 1992, KH.
Ahmad Rifa’i menikahkan putri keempatnya, Yayah Fauziah dengan Anwar Wahdi Hasi
, yang merupakan pria kelahiran Madura dan telah menimba ilmu agama di
pesantren Al-Amin prenduan Madura cukup lama, mulai dari jenjang ibtida’iyyah
hingga jenjang muallimin. Kemudian dilanjutkan di IAIN Pamekasan, Madura
dan IAIN Ciputat, Jakarta.
Pasca pernikahan
ini, gagasan pengembangan pesantren pabuaran menjadi pesantren yang menyelenggarakan
system pendidikan modern tanpa menghilangkan system salaf yaitu pengajian kitab
kuning, yang merupakan ciri khas sebelumnya. Pendidikan ini memadukan system pondok
pesantren modern Gontor atau Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan dengan system pondok
pesantren salaf dengan pengajian kitab kuning, yang mengacu juga pada pondok
pesantren Daarul Rahman Jakarta.
Berbagai langkah
dilakukan sebelum pengembangan pesantren ini, pada 11 april 1993, KH. Ahmad
Rifai mengundang tokoh tokoh Masyarakat setempat untuk mengebarkan rencana tersebut dan
meminta pendapat, pemikiran serta dukungan untuk melaksanakannya. Akhirnya pada
pertemuan ini, diputuskanlah nama pesantrennya yang semula hanya Pesantren
Pabuaran yang diambil dari nama daerah tersebut, menjadi Pondok Pesantren Babus
Salam.
Nama “Pondok
Pesantren Babus Salam” diberikan oleh KH. Ahmad Rifai, dan memang telah lama
dipersiapkan. Setelah langkah pemberian nama dan “tukar pikiran” dengan para
tokoh Masyarakat sekitar, akhirnya langkah pembangunan fisik pun dilakukan,
pada 30 Juni 1993 (10 Muharram 1414 H), pembangunan tiga ruangan kelas sebagai
pembelajaran formal santri serta berbagai kegiatan lainnya, kemudian melengkapi
bangunan sarama dan juga musholla yang sudah ada sebelumnya.
Sejak 1993,
kepemimpinan terkait berbagai penyelenggaraan pendidikan Pondok Pesantren sepenuhnya dipegang oleh KH. Anwar Wahdi
Hasi, sementara KH. Ahmad Rifa’i bertindak sebagai pengasuh. Perubahan system salaf
ke pesantren modern ini berdampak pada jumlah santri yang semula saat system salaf
sudah berkembang dan banyak jumlah santrinya karena tak dibatasi usia, kemudian
ketika berubah menjadi pesantren modern kembali memulainya dari awal. Pada tahun
itu, jumlah santri hanya tiga orang, dua oran merupakan putra dari KH. Ahmad
Rifai yang saat itu baru lulus SD, Abdurrahman dan Ahmad Syuja’i. dan satu
orang lagi merupakan anak yang tinggal dekat pesantren, yaitu Muhidin. Hal ini
tak menyurutkan tekad dan niat KH. Anwar Wahdi hasi untuk mengembangkan
pesantren ini, kegiatan pengajaran dan pendidikan tetap berlanjut, pada 13 juli
1993 kegiatan belajar mengajar pertama kali berlangsung. Dua bulan kemudian
santri bertambah dua orang, yaitu Nanang, yang tinggal di dekat pesantren dan
Supriyanto yang berasal dari Bencongan, Tangerang, 5 santri ini bertahan hingga
tahun ajaran 1993-1994 usai.
Pondok pesantren babus salam memiliki jenjang pendidikan
enam tahun yaitu masa SMP selama 3 tahun dan masa SMA selama 3 tahun, pada masa
SMA terbagi menjadi dua program yaitu :
·
Program
Reguler bagi mereka yang sudah mengenyam pendidikan di pesantren tersebut sejak
SMP atau berasal dari pesantren lain dan mengikuti ujian persamaan pendidikan, sehingga
pendidikannya melanjutkan pelajaran dari apa yang sudah mereka pelajari
sebelumnya
·
Program
Intensif bagi mereka yang baru masuk pada jenjang SMA. Sehingga pelajarannya
dimulai dari awal tapi lebih intensif
Hingga kini pesantren babus salam
telah melahirkan 20 angkatan hingga tahun 2018.
kurikulum yang
digunakan sesuai dengan kurikulum pemerintah, yaitu kurikulum pendidikan 2013,
namun dari segi mata pelajaran ditambahkan dengan berbagi pelajar keagamaan
seperti bahasa arab, nahwu, sharaf, muthalaah, mahfudzat, balaghah, faraidh,
tamrin lughah, musthalahul hadits, tafsir, hadits dan sebagainya.
Tenaga pengajar
Tenaga pengajar
periode awal (1993-1994)
1.
KH.
Ahmad Rifa’i
2.
Hj.
Murtafi’ah
3.
KH.
Anwar Wahdi Hasi
4.
Hj. Yayah
Fauziah
5.
Fathurrahman
Hasi
6.
Faizuddin
Said
7.
Hj.
Siti Fatimah
8.
Nahrawi
AP
Dan hingga kini
dewan guru pengajar pondok pesantren babus salam mencapai 82 Pengajar yang
terdiri dari pengajar ilmu pendidikan agama baik pengajaran formal maupun
pengajian kitab kuning, pengajar ilmu pendidikan umum, hingga pengajar
pengajian Al Quran.
tenaga pengajar
pesantren berasal dari berbagai kalangan diantaranya adalah keluarga pimpinan
pesantren, alumni dari Pesantren Al- Amin, Alumni Pesantren Daarur Rahman, dan
Alumni Pondok Pesantren Babus salam sendiri, juga berbagai pengajar dari
berbagai bidang.
Organisasi
Organisasi kesantrian
Babus Salam disebut ISPABA (Ikatan Santri Putra Pondok Pesantren Babus Salam) dan
ISPIBA (Ikatan Santri Putri Pondok Pesantren Babus Salam) , organisasi ini
adalah kaki tangan Kyai dan majlis guru sebagai pengatur dan pengurus segala
kegiatan sehari hari santri mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, mengatur
segala aktifitas dengan berbagai peraturan agar santri berdisiplin dan tatanan
pesantren tetap terjaga.
Struktur organisasi
pesantren ini terdiri dari
·
Penasihat
/ Mustahsyar, dalam hal ini adalah Kyai/ Pimpinan Pondok Pesantren.
·
Pembimbing,
biasanya terdiri dari dewan guru yang ditunjuk
·
Ketua,
dipilih berdasarkan pemilihan umum oleh santri dan majlis guru.
·
Wakil
Ketua, dipilih berdasarkan pilihan tertinggi kedua pada pemilihan Ketua (system
sebelumnya wakil ketua langsung disandingkan dengan ketua sebelum pemilihan)
·
Sekretaris,
anggota Badan Pengurus Harian (BPH) bersama Ketua Wakil dan Bendahara, sebagai
pencatat segala hal tentang organisasi.
·
Bendahara,
anggota Badan Pengurus Harian (BPH) bersama Ketua Wakil dan Sekretaris, sebagai
pengatur keuangan organisasi.
·
Mahkamah,
sebagai badan penegakan peraturan tertinggi, pelaksanaan persidangan dan
pemberian
·
Bagian
Keamanan
·
Bagian
Pengajaran dan Peribadatan
·
Bagian
kesehatan
·
Bagian
Pengembangan Bahasa
·
Bagian
Informasi dan Penerimaan Tamu
·
Bagian
Kesenian
·
Bagian
Olahraga
·
Bagian
Perlengkapan
History Babus
salam, IQRA : Padukan Dzikir dan Fikir, Edisi 17 Tahun 2018, Hal 11-16
Indrayanti, Cici
(2011-01-06). “Pengaruh bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar
siswa SMP Babus Salam Cimone – Tangerang”, skripsi
Sejarah Pondok Pesantreb Babus Salam Cimone, https://youtu.be/ls84zRiu-x4
https://smpbabussalamkotatng.blogspot.com/
KH. Ahmad Rifa'i (Alm) |
Sejak 1993, kepemimpinan terkait berbagai penyelenggaraan pendidikan Pondok Pesantren sepenuhnya dipegang oleh KH. Anwar Wahdi Hasi, sementara KH. Ahmad Rifa’i bertindak sebagai pengasuh. Perubahan system salaf ke pesantren modern ini berdampak pada jumlah santri yang semula saat system salaf sudah berkembang dan banyak jumlah santrinya karena tak dibatasi usia, kemudian ketika berubah menjadi pesantren modern kembali memulainya dari awal. Pada tahun itu, jumlah santri hanya tiga orang, dua oran merupakan putra dari KH. Ahmad Rifai yang saat itu baru lulus SD, Abdurrahman dan Ahmad Syuja’i. dan satu orang lagi merupakan anak yang tinggal dekat pesantren, yaitu Muhidin. Hal ini tak menyurutkan tekad dan niat KH. Anwar Wahdi hasi untuk mengembangkan pesantren ini, kegiatan pengajaran dan pendidikan tetap berlanjut, pada 13 juli 1993 kegiatan belajar mengajar pertama kali berlangsung. Dua bulan kemudian santri bertambah dua orang, yaitu Nanang, yang tinggal di dekat pesantren dan Supriyanto yang berasal dari Bencongan, Tangerang, 5 santri ini bertahan hingga tahun ajaran 1993-1994 usai.
Assalammualaikum wr.wb
BalasHapusBolehkah saya,minta kontaknya...?
Assalammualaikum wr.wb
BalasHapusBolehkah saya,minta kontaknya...?
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Islami Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa
Ya
HapusSambil mondok apa tiap hari pulang
BalasHapusBiaya nya berapa apakah ada kontak yang bisa di hubungi.
BalasHapus